Seminar Nasional dan Lokakarya Literasi Digital Pembentukan Pandu Digital Sektor Pendidikan Wilayah Madiun di gedung pertemuan Bakorwil Madiun (foto Saliem) |
Beritajurnal.id - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membentuk pandu digital sektor pendidikan. Praktiknya, menggandeng Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) guna memberikan pelatihan digital kepada guru dan para tenaga pendidik.
Di Jawa Timur, pembentukan pandu digital sektor pendidikan dilaksanakan di gedung pertemuan Badan Koordinasi Wilayah (BAKORWIL) dan Pembangunan Provinsi Jawa Timur, jalan Pahlawan, Kota Madiun, Selasa (22/8/2023) yang diikuti 200 peserta dari berbagai unsur pendidikan di wilayah Madiun.
Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Direktorat Pemberdayaan Informatika Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo, Bambang Tri Santoso, mengatakan Kemkominfo saat ini gencar melaksanakan literasi digital yang dibagi atas tiga sektor, yakni, sektor pendidikan, sektor pemerintahan dan sektor lintas masyarakat.
"Dari target 250 ribu orang terpapar literasi digital sektor pendidikan tahun 2023 hingga bulan Agustus hampir selesai," kata Bambang Tri Santoso, saat menjadi salah satu nara sumber Seminar Nasional dan Lokakarya Literasi Digital, di gedung pertemuan Bakorwil Madiun.
Bambang Tri Santoso, Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Direktorat Pemberdayaan Informatika Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo RI.(foto Saliem) |
Menurutnya, pandu digital merupakan fasilitator untuk melakukan pendampingan masyarakat yang dibagi menjadi lima bidang, yakni, bidang UMKM, bidang pariwisata, bidang pendidikan, bidang pertanian dan bidang nelayan, untuk memberi pemahaman pemanfaatan internet secara cerdas, kreatif dan produktif.
"Dan pada hari ini bersamaan dengan pembentukan pandu digital sektor pendidikan di wilayah Madiun, yang bertujuan meningkatkan kualitas SDM Indonesia yang berdampak pada kemajuan ekonomi nasional," ujar Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo.
Bambang Tri Santoso, menuturkan pandu digital sendiri dibentuk sejak tahun 2019 dengan jumlah 22.000 pandu digital yang tersebar di seluruh Indonesia dengan keanggotaan terdiri dari Individu, organisasi, mahasiswa, guru, dosen dan relawan TIK.
Senada juga disampaikan Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, Fajar Eri Dianto, menyampaikan saat ini 77 persen penduduk Indonesia atau sekitar 215 juta orang sudah mengenal elektronik digital dengan berbagai kemudahan kemudahan melalui aplikasi dan informasi yang dapat di akses bebas oleh masyarakat tidak terkecuali pelajar.
"Tugas utama relawan TIK adalah mencetak banyak pandu digital yang nantinya akan melakukan pendampingan di tiga sektor utama salah satunya sektor pendidikan," terang Kang Eri, sapaan akrab Ketua Umum Relawan TIK Indonesia.
Dia, menuturkan khusus sektor pendidikan diharapkan para guru dan pendidik sebagai pandu digital paham tentang empat pilar literasi digital, yaitu, kecakapan digital, keamanan digital, paham tentang etika dan budaya digital yang wajib dikuasai untuk mengawal, menjadi mentor dan pendamping siswa dalam memanfaatkan teknologi digital.
"Sehingga tercipta ranah digital yang ramah, aman, nyaman dan ramah lingkungan. Pemandu digital juga bertugas mengajarkan menyaring informasi yang benar dan bermanfaat sebelum di share dan menjadi konsumsi publik," tuturnya.
Dalam hal ini, lanjut Kang Eri yang juga Pandu Digital Utama ini, dengan literasi digital, Pandu Digital Indonesia dan relawan TIK siap mengawal siswa siswi menjadi masyarakat yang cerdas bermedia sosial, bijak berkomunikasi, berjejaring dan memanfaatkan teknologi digital.
Sementara Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Madiun, Lena, mengungkapkan literasi digital di wilayah Madiun sangat positif dilakukan untuk membina guru sebagai pandu digital sektor pendidikan untuk mengembangkan program gerakan literasi digital sekolah.
"Dengan menggandeng bapak, ibu guru sebagai pandu digital sektor pendidikan dapat mengawal program program sekolah sehingga kegiatan literasi ini lebih mengarah pada pemanfaatan teknologi digital dalam pelaksanaan pendidikan," ungkap Lena.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan SMA/SMK Wilayah Madiun, berharap sangat optimis dengan meningkatnya kegiatan literasi akan berdampak etika siswa yang kreatif, komunitatif, produktif, kalaboratif dan membangun sikap kritis baik di lingkungan sekolah maupun di tempat umum.
Pembentukan pandu digital sektor pendidikan yang di kemas dalam Seminar Nasional dan Lokakarya Literasi Digital dengan tema "Literasi Digital Sebagai Upaya Membangun Literasi Kritis Guna Menjawab Potensi Bonus Demografi Di Era Industri 4.0 Dikalangan Siswa SMA/SMK".
Acara dihadiri oleh Ketua Tim Literasi Digital Sektor Pendidikan Direktorat Pemberdayaan Informatika Dirjen Aplikasi Informatika Kemkominfo, Bupati Madiun, Kepala Dinas Kominfo Kota dan Kabupaten Madiun, Kacabdin Wilayah Madiun Provinsi Jawa Timur, Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, Mahasiswa, pelajar setingkat SMA, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se - Madiun.
"Sehingga begitu anak anak dapat menghasilkan sebuah karya, atau produk yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan lingkungan. Makna dari literasi saat ini anak didik mampu mengexplor kemampuan dan mengolah teknologi digital menjadi produk yang bermanfaat," pungkas Lena M.Pd.(lem)